Jumat, 26 April 2013

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PADA KEHAMILAN DENGAN IUGR DAN IUFD



MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PADA KEHAMILAN
DENGAN IUGR DAN IUFD

Dosen Pengampu :
KUSYANTI.S.SIT



Disusun Oleh:
KOMANG AYU PRATIWI SARI






PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI
YOGJAKARTA
2013




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Kehidupan manusia dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak itu, manusia kecil telah memasuki masa perjuangan hidup yang salah satunya menghadapi kemungkinan kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu yang mengandungnya. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka janin tersebut akan mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya. Sejarah klasik tentang dampak kurang gizi selama kehamilan terhadap outcome kehamilan telah banyak didokumentasikan. Fenomena the Dutch Famine menunjukkan bahwa bayi-bayi yang masa kandungannya (terutama trimester 2 dan 3) jatuh pada saat-saat paceklik mempunyai rata-rata berat badan, panjang badan, lingkar kepala, dan berat placenta yang lebih rendah dibandingkan bayi-bayi yang masa kandungannya tidak terpapar masa paceklik dan hal ini terjadi karena adanya penurunan asupan kalori, protein dan zat gizi essential lainnya.
Kematian bayi dalam kandungan (Intra Uterine Fetal Death) dapat dikarenakan berbagai hal seperti terkena lilitan tali pusat, pendarahan serta akibat tekanan darah tinggi  ibu yang mengandung. Kematian janin dalam kandungan dapat dicegah dengan cara memeriksakan kandungan secara teratur ke dokter. Kalaupun terjadi kelainan pada masa kehamilan, bisa ditanggulangi sedini mungkin.


  
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menambah pengetahuan tentang kelainan dalam lamanya kehamilan
 IUGR dan IUFD.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui:
a.    Pengertian IUGR dan IUFD
b.    Tanda Gejala IUGR dan IUFD
c.    Etiologi  IUGR dan IUFD
d.    Faktor Predisposisi IUGR dan IUFD
e.    Komplikasi IUGR dan IUFD
f.     Masalah IUGR dan IUFD
g.    Penanganan  IUGR dan IUFD
h.    Kelahiran IUGR dan IUFD
i.      Faktor yang mempengaruhi IUGR dan IUFD
j.      Diagnosis
k.    Penatalaksanaan
l.      Pengaruh Ibu dan Janin
C.  Rumusan Masalah
            1. Apakah pengertian IUGR dan IUFD ?
2. Apa saja tanda gejala IUGR dan IUFD ?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi IUGR dan IUFD?
4. Apa faktor penyebab dari IUGR dan IUFD  ?
5. Bagaimana cara penanganan IUGR dan IUFD?
6. Apa saja pengaruhnya IUGR dan IUFD ?
7. Bagaimanakah penatalaksanaan untuk mengatasi IUGR dan IUFD ?



D. Manfaat Penulisan
a. Manfaat teoritis
            1. Sebagai  pengembangan bahan masukan atau pengkajian baru khususnya ilmu kebidanan.
b. Manfaat praktis
                        1.      Bagi institusi
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa  
                        2.     Bagi mahasiswa
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dengan topik kehamilan disertai penyakit pada wanita hamil.



BAB II
TINJAUAN TEORI
A.IUGR
1.         Pengertian
Definisi menurut WHO (1969), janin yang mengalami pertumbuhan yang terhambat adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai berat standard atau ukuran standard yang sesuai denganusiakehamilannya.
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) ditegakkan apabila pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) perkiraan berat badan janin berada di bawah persentil 10 dibawah usia kehamilan atau lebih kecil dari yang seharusnya (sesuai grafik). Terminologi “kecil untuk masa kehamilan” adalah berat badan bayi yang tidak sesuai dengan masa kehamilan dan dapat muncul pada bayi cukup bulan atau prematur. Pada umumnya janin tersebut memiliki tubuh yang kecil dan risiko kecacatan atau kematian bayi kecil akan lebih besar baik pada saat dilahirkan ataupun setelah melahirkan.
Intrauterine Growth Restriction (IUGR) adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu kondisi dimana janin lebih kecil dari yang diharapkan untuk jumlah bulan kehamilan.
2.   Etiologi
a. Factor risiko dari Ibu :
·         Alkohol
·         Merokok
·         Obat obatan (Corticosteroid, propanolol, Dilantin, Coumadin, Heroin)
·         Anemia
·         Malnutrisi
·         Berat badan Ibu Kurang dari 50 Kg,
·         penyakit Jantung Cyanotic
·         Diabetus Mellitus
b. Factor Risiko dari bayi :
·          selama kehamilan
·         Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT.
·         Kelainan bawaan dan kelainan kromosom
·         Kelaianan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT.
·         Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin). Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT
·         Hemorisis (gangguan sel darah merah)
·         Kehamilan kembar multiple.
c. Faktor Risiko dari Uterus dan Plasenta :
1. Kelainan plasenta sehingga menyebabkan plasenta tidak dapat  menyediakan nutrisi yang baik bagi janin seperti ambruptio plasenta, infark plasenta (kematian sel pada plasenta)Berkurangnya kontraksi uterus.
2. Kelainan tali pusat .
3. Berkurangnya aliran uterus, thrombus dalam pembuluh darah janin dari 1 arteri tali pusat.
d. Penyebab umum
- Social ekonomi yang rendah
- Menikah dini
- Jarak kelahiran pendek
- Diet tidak addekuat karena miskin dan malabsobrsi
.
3. Tanda dan Gejala
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT)  dicurigai apabila terdapat riwayat PJT sebelumnya dan ibu dengan penyakit kronik. Selain itu peningkatan berat badan yang tidak adekuat juga dapat mengarah ke PJT. Dokter dapat menemukan ukuran rahim yang lebih kecil dari yang seharusnya.
4.Komplikasi
PJT yang tidak segera diberi tindakan penanganan dokter dapat menyebabkan bahaya bagi janin hingga menyebabkan kematian. Kondisi ini disebabkan karena terjadinya kondisi asupan nutrisi dan oksigenasi yang tidak lancar pada janin. Jika ternyata hambatan tersebut masih bisa di tangani kehamilan bisa dilanjutkan dengan pantauan dokter, sebaliknya jika sudah tidak bisa ditangani maka dokter akan mengambil tindakan dengan memaksa bayi untuk dilahirkan melalui operasi meski belum pada waktunya.
Komplikasi pada PJT dapat terjadi pada janin dan ibu :
1.Janin
Antenatal : gagal nafas dan kematian janin
Intranatal : hipoksia dan asidosis
Setelah lahir :
a. Langsung:
Asfiksia:
-   Hipoglikemi
-    Aspirasi mekonium
Dic:
-   Hipotermi
-   Perdarahan pada paru
-   Polisitemia
-   Hiperviskositas sindrom
-   Gangguan gastrointestinal
b. Tidak langsung
Pada simetris PJT keterlambatan perkembangan dimulai dari lambat dari sejak kelahiran, sedangkan asimetris PJT dimulai sejak bayi lahir di mana terdapat kegagalan neurologi dan intelektualitas. Tapi prognosis terburuk ialah PJT yang disebabkan oleh infeksi kongenital dan kelainan kromosom.(5)
2.    Ibu
- Preeklampsia
- Penyakit jantung
- Malnutrisi


5. PENATALAKSANAAN
Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien yang mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua adalah membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi sehat. Langkah ketiga adalah menciptakan metode adekuat untuk pengawasan janin pada pasien-pasien PJT dan melakukan persalinan di bawah kondisi optimal.
Untuk mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk mengandung janin kecil, diperlukan riwayat obstetrik yang terinci seperti hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu dan riwayat mengandung bayi kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain itu diperlukan pemeriksaan USG. Pada USG harus dilakukan taksiran usia gestasi untuk menegakkan taksiran usia gestasi secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang didapatkan pada pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan usia gestasinya. Pertumbuhan janin yang suboptimal menunjukkan bahwa pasien tersebut mengandung janin PJT.
Tatalaksana kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak ada terapi yang paling efektif sejauh ini, adalah untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :
PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan adalah segera dilahirkan
PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada janin ini, dan bila kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel plasenta, dan pemeriksaan darah janin dianjurkan.


6. Kewenangan Bidan
1. Episiotomi
•Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
• Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
• Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
• Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
• Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) 2, 2. eksklusif
• Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum
• Penyuluhan dan konseling
• Bimbingan pada kelompok ibu hami
• Pemberian surat keterangan kematian
• Pemberian surat keterangan cuti bersalin

B. IUFD
1. Pengertian
a. IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan baik pada kehamilan yang besar dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu (Rustam Muchtar, 1998)
b. IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan (Sarwono, 2005)
 2. Etiologi
a.    Penyebab IUFD antara lain:
1. Faktor plasenta
   a. Insufisiensi plasenta
   b. Infark plasenta
   c. Solusio plasenta
   d. Plasenta previa
2. Faktor ibu
   a. Diabetes mellitus
   b. Preeklampsi dan eklampsi
   c. Nefritis kronis
   d. Polihidramnion dan oligohidramnion
   e. Sifilis
   f. Penyakit jantung
  g. Hipertensi
  h. Penyakit paru atau TBC
  i. Inkompatability rhesus
  j. AIDS
  h. perbedaan rhesus ibu dengan janin

3. Faktor intrapartum
a. Perdarahan antepartum
b. Partus lama
c. Anastesi
d. Partus macet
e. Persalinan presipitatus
f. Persalinan sungsang
g. Obat-obatan

4. Faktor janin
a. Prematuritas
b. Postmaturitas
c. Kelainan bawaan
d. Perdarahan otak

5. Faktor tali pusat
a. Prolapsus tali pusat
b. Lilitan tali pusat
c. Vassa praevia
d. Tali pusat pendek

3. Tanda dan Gejala
1.    Ibu tidak merasakan gerakan janin
Diagnosis :
a. Nilai DJJ
Bila ibu mendaptkan sedatif, tunggu hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang.
2.      Bila DJJ tidak terdengar, pastikan adanya kematian janin dengan stetoskop ( Doppler).
Bila DJJ baik,berarti bayi tidur.
Rangsang janin dengan rangsangan suara (bel) attau dengan menggoyangkan perut ibu sehingga ibu merasakan gerakan janin. Bila DJJ meningkat frekuensinya sesuai dengan gerakan janin, maka janin dapat dikatakan normal.
Bila DJJ cenderung turun saat janin bergerak, maka dapat disimpulkan adanya gawat janin.
2. Gerakan janin tidak dirasakan lagi.
Diagnosis :
Gejala dan tannda selau ada. Gejala dan tanda kadang – kadang ada Diagnosis kemungkinan :
Gerakan janinberkurang atau hilang. Nyeri perut hilang timbul atau menetap
Perdarahan pervaginam sesudah hamil 22 minggu. Syok Uterus tegang / kaku. Gawat janin atau DJJ tidak terdengar. Solusio plasenta, gerakan janin dan DJJ tidak ada Perdarahan Nyeri perut hebat Syok Perut kembung / cairan bebas intra abdominal Kontur uterus abnormal Abdomen nyeri. Bagian – bagian janin teraba. Denyut nadi bu cepat Rupture uteri. Gerakan janin berkurang atau hilang
DJJ abnormal(<100/menit atau >140/ menit) Cairan ketuban bercampur mekonium Gawat janin. Gerakan janin / DJJ hilang Tanda – tanda kehamilan berhenti. Tinggi fundus uteri berkurang. Pembesaran uterus berkurang Kematian janin
 4. Komplikasi
Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak memvbahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipofibrinogenemia) akan lebih besar. Kematian janin akan menyebabkan desidua plasenta menjadi rusak menghasilkan tromboplastin masuk kedalam peredaran darah ibu, pembekuan intravaskuler yang dimulai dari endotel pembuluh darah oleh trombosit terjadilah pembekuan darah yang meluas menjadi Disseminated intravascular coagulation hipofibrinogenemia (kadar fibrinogen  < 100 mg%).
Kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adalah 300-700 mg%. Akibat kekurangan fibrinogen maka dapat terjadi hemoragik postpartum. Partus biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah janin mati. Dampak psikologis dapat timbul pada ibu setelah lebih dari 2 minggu kematian janin yang dikandungnya. Bila ketuban telah pecah, kemungkinan infeksi meninggi.


5.Penanganan
a.Terapi
1.) Selama menunggu diagnosa pasti, ibu akan mengalami syok dan ketakutan memikirkan bahwa bayinya telah meninggal. Pada tahap ini bidan berperan sebagai motivator untuk meningkatkan kesiapan mental ibu dalam menerima segala kemungkinan yang ada.
2.) Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan melalui hasil USG dan rongen foto abdomen, maka bidan seharusnya melakukan rujukan.
3.) Menunggu persalinan spontan biasanya aman, tetapi penelitian oleh Radestad et al (1996) memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk menginduksi sesegera mungkin setelah diagnosis kematian in utero. Mereka menemukan hubungan kuat antara menunggu lebih dari 24 jam sebelum permulaan persalinan dengan gejala kecemasan. Maka sering dilakukan terminasi kehamilan.
a) Pengakhiran kehamilan  jika ukuran uterus tidak lebih dari 12 minggu kehamilan.
Persiapan:
 Keadaan memungkinkan yaitu Hb > 10 gr%, tekanan darah baik.
 Dilakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu:pemeriksaan trombosit, fibrinogen, waktu pembekuan, waktu perdarahan, dan waktu protombin.
Tindakan:
1.       Kuretasi vakum
2.       Kuretase tajam
3.       Dilatasi dan kuretasi tajam.
2)    Pengakhiran kehamilan  jika ukuran uterus lebih dari 12 minggu sampai 20 minggu.
§  Misoprostol 200mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
§  Pemasangan batang laminaria 12 jam sebelumnya.
§  Kombinasi pematangan batang laminaria dengan misoprostol atau pemberian tetes oksitosin 10 IU dalam 500 cc dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit.
§  Catatan: dilakukan kuretase bila masih terdapat jaringan.
3)      Pengakhiran kehamilan  jika lebih dari 20 – 28 minggu.
§  Misoprostol 100 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
§  Pemasangan batang laminaria selama 12 jam.
§  Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit.
§  Kombinasi cara pertama dan ketiga untuk janin hidup maupun janin mati.
§  Kombinasi cara kedua dan ketiga untuk janin mati.
§  Catatan: dilakukakan histerotomi bila upaya melairkan pervaginam dianggap tidak berhasil atau atas indikasi ibu, dengan sepengetahuan konsulen.
4)                     Pengakhiran kehamilan  jika lebih dari 28 minggu kehamilan.
Misoprostol 50 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
Pemasangan metrolisa 100 cc 12 jam sebelum induksi untuk pematangan  serviks (tidak efektif bila dilakukan pada KPD).
Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes untuk primi dan multigravida, 40 tetes untuk grande multigravida sebanyak 2 labu.
Kombinasi ketiga cara diatas.
Catatan: dilakukan SC bila upaya melahirkan pervaginam tidak berhasil, atau bila didapatkan indikasi ibu maupun janin untuk menyelesaikan persalinan.
Periksa ulangan (follow up)
Dilakukan kunjungan rumah pada hari ke 2, 6, 14, atau 40 hari. Dilakukan pemeriksaan nifas seperti biasa. Mengkaji ulang tentang keadaan psikologis, keadaan laktasi (penghentian ASI), dan penggunaan alat kontrasepsi.
6.Kewenangan bidan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
Kewenangan normal:
·         Pelayanan kesehatan ibu
·         Pelayanan kesehatan anak
·         Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
·         Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah
·         Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokterh1
7. Dampak
Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak membahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipo-fibrinogenemia) akan lebih besar karena itu pemeriksaan pembekuan darah harus dilakukan setiap minggu setelah diagnosis ditegakkan. Bila terjadi fibrinogenemia., bahayanya adalah perdarahan post partum. Terapinya adalah dengan pemberian darah segar atau fibrinogen.
     Dampak lainnya yaitu, Trauma emosional yang berat menjadi bila antara kematian janin dan persalinan cukup lama, dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah, dapat terjadi koagulopati bila kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu.


BAB III
PENUTUP


A.Kesimpulan
Mahasiswa mampu memahami teori tentang persalinan dengan IUFD serta dapat memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Asuhan yang diberikan meliputi pengkajian data baik secara subyektif maupun obyektif  dari data yang telah dikumpulkan mahasiswa dapat mendiagnosa,janin tunggal, mati, intruterin. Keadaan umum ibu dan janin cukup sesuai dengan diagnosa dilakukan antisipasi masalah potensial dan menetapkan kebutuhan segera bila ada komplikasi.
Intervensi dan implementasi disesuaikan dengan kondisi ibu, kemudian untuk meninjau keefektifan asuhan yang telah diberikan mahasiswa melakukan evaluasi yang juga sebagai koreksi untuk memberikan asuhan selanjutnya.

B.Kritik dan Saran
• Bagi Ibu ibu yang hamil hendaknya memeriksakan dirinya secara rutin mnimal 4 kali selama kehamilan agar bisa dideteksi secara dini bila ada kelainan pada janinnya.
• Bagi petugas kesehatan agar senantiasa meningkatkan  Pengetahuan dan keterampilannya untuk menurunkan angka mortalitas dan morbiditas Ibudananak. .
• Bagi teman teman agar belajar yang rajin agar kelak bisa menangani pasien dengan profesional.


DARTAR PUSTAKA
Cunningham, Gary, dkk.2006. Obstetri William ed.21. Jakarta.EGC
Mochtar, Rustam.1998, Sinopsis Obstetri. Jakarta.EGC
Prawiroharjo, Sarwono.2003.IlmuKebidanan.Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Varney, Helen Dkk.2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4 vo1. Jakarta.EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar